Sabtu, 26 Oktober 2013

Pesugihan tuyul dan komunitas tuyul terbesar di indonesia


Di desa Palar kecamatan Trucuk kabupaten Klaten, Jawa tengah yaitu Khususnya Dukuh Mbero. Kalau menurut cerita Masyarakat si, konon dibawah pohon ketos raksasa ditengah desa itu yankg sudah  berusia sekitar 500 tahun terdapat kerajaan tuyul bahkan sebagai komunitas tuyul terbesar di Indonesia. Yang dipercayai sebagai putra dari wayah Eyang Bondho. Maka takan heran lagi  jika desa tersebut terkenal dan telah memberi warna tersendiri bagi kehidupan warga dan masyarakatnya.

Bagi orang yank  ingin masuk  ke tempat itu harus orang yang sehat dalam arti , bukan keaadaan stres dan harus berlaku sopan.kalau menurut ceritanya sang juru kunci termpat tersebut kebanyakan orang yang datang ingin meminta sesuatu dengan perantara pohon ketos tersebut ada juga yang langsung ingin menjadi orang tua asuh tuyul-tuyul tersebut. Kalau peminat benar-benar serius mantap tekadnya dan sanggup memenuhi semua Persyaratannya, barulah pelaksanaan ritual itu dimulai. 
Di desa itu setiap malam jumat keliwon selalu di bembeli sesajen untuk pohon ketos keramat itu yang di pandu oleh juru kuncinya .

Setelah ritual permulaan sang juru kunci memberikan sepasang kantong berwarna putih untuk wadah benda-benda yang diambil dari lokasi pohon ketos dua buah kantong itu melambangkan bahwa yang dibawa pulang adalah 2 sosok tuyul. Namun yang namanya mahkluk gaib apa yang dibawa pulang tidak dapat dilihat oleh mata dengan jelas bagi orang awam sebab wujud tuyul-tuyul beraneka ragam bentuknya ada yang hitam legam, dengan kepala gundul, ada yang putih seperti batu pualam matanya merah menyala, ada yang bertaring dan bertelinga mirip kelelawar dan memang ada beberapa jenis tuyul yang menempati kerajaan tuyul pohon ketos tersebut. Penempatan tersebut sesuai dengan karakter masing-masing tuyul.

Untuk mengadopsi mereka, pelaku ritual tidak boleh pilih-pilih. Semua tergantung pada tuyul-tuyul yang berada disini kata sang juru kunci itu.
Begitu keramatnya pohon ketos tersebut hingga warga setempatpun tak ada yang berani memetik daun ataupun rantingnya secara sembarangan, bahkan warga setempat menghormati pohon tersebut. Buktinya, tiap tanggal 1 Syura selalu digelar pertunjukan wayang kulit semalam suntuk. Dengan maksud untuk mendapat keselamatan dan rezeki yang melimpah agar warga disekitar tidak diganggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar